Telusuri Jejak Manusia Purba di Sangiran

BreakingNews – Situs Manusia purba Sangiran (Homeland of Java Man) yang terletak di Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah menyimpan sejuta cerita berkenaan jejak peradaban manusia di jaman awal histori yang muncul dari beraneka bukti arkeologi yang ditemukan di kawasan yang memiliki lima klaster yakni Bukuran, Krikilan, Manyarejo, Ngebung, dan Dayu ini.
Kawasan Sangiran yang merupakan pusat awal histori peradaban manusia memiliki kronologis geologi yang amat berarti dari Pliosen atas sampai akhir Pleistosen Tengah bersama dengan menggambarkan evolusi manusia, fauna, dan budaya dalam 2,4 juta tahun terakhir. Situs ini termasuk membuahkan lantai hunian arkeologi mutlak yang berasal dari Pleistosen Bawah kira-kira 1,2 juta tahun yang lalu.
“Berbagai temuan di kawasan ini seperti Sangiran 17 atau S17, yang merupakan temuan Homo erectus terlengkap di Asia Tenggara, serta ratusan temuan Homo erectus lainnya yang berasal dari setidaknya 1,5 juta tahun yang lantas membuktikan betapa tuanya peradaban manusia di Indonesia. Hal ini menjadi bukti bahwa Indonesia memiliki peran mutlak dalam evolusi manusia yang merupakan bagian kompleks dalam histori peradaban dunia,” ungkap Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon.
Klaster Bukuran yang merupakan website pertama di antara lima Situs Manusia Purba Sangiran merupakan titik temuan sebagian besar manusia purba model Homo erectus. Klaster Bukuran menampilkan fosil-fosil yang bukan cuma berasal dari Sangiran tetapi dari beraneka website paleoantropologi di semua dunia. Situs ini termasuk menampilkan narasi audio visual yg menggambarkan kehidupan flora dan fauna purba serta diorama rekonstruksi 3 model Homo erectus, yakni Arkaik, Tipik, dan Progresif, yang pernah hidup di Jawa.
Klaster Krikilan yang merupakan titik ke-2 di Situs Manusia Purba Sangiran menampilkan temuan seperti rekonstruksi Homo erectus dari fosil Sangiran 17, tengkorak Homo erectus paling lengkap di Asia, dan termasuk fosil fauna purba, artefak, dan susunan tanah tua Sangiran. Di sini termasuk terkandung diorama yg menampilkan fosil hewan-hewan purba seperti gajah (Mastodon, Stegodon, dan Elephas), kerbau, banteng, rusa, dan kuda sungai.
Selain itu, termasuk terkandung Museum Lapangan Manyarejo yang menjadi umpama kolaborasi antara pengetahuan ilmiah dan tradisi lokal berkenaan penggalian dalam mencari jejak purba. Titik ini termasuk menyimpan beraneka fragmen tulang rusuk dan panggul gajah dan tengkorak banteng yang membuktikan jejak binatang purba di kawasan ini.
Klaster Ngebung, yang merupakan titik keempat Museum Manusia Purba Sangiran menampilkan beraneka artefak budaya serta fosil binatang, artefak, dari Pleistosen Bawah sampai tengah yang merepresentasikan budaya manusia purba di website Sangiran. Sementara itu, tidak sama bersama dengan keempat klaster lainnya, Museum Dayu yang merupakan titik kelima dari kawasan Situs Manusia Purba Sangiran yang terletak di Karanganyar, menggambarkan secara berurutan evolusi lingkungan sejak Sangiran berupa rawa, pengangkatan daratan dan material erupsi gunung api purba, sampai menjadi daratan, yg meliputi lima lapisan, secara berurutan dari yg tertua yakni formasi kalibeng, formasi pucangan, formasi grenzbenk, formasi kabuh, dan formasi notopuro.
“Berbagai tinggalan yang ditemukan di lima titik di wilayah Situs Manusia Purba Sangiran ini membuktikan betapa nenek moyang kita memiliki kontribusi besar dalam peradaban manusia di dunia dan tentunya hal ini menjadi sumber pengetahuan mutlak berkenaan evolusi manusia, fauna, kebudayaan, dan lingkungan,” jadi Fadli Zon.
Bukti Indonesia Salah Satu Peradaban Tertua
Ia menambahkan, ”Sangat menarik menelusuri lorong selagi jejak peradaban awal histori peradaban manusia di Sangiran. Melalui jelajah museum, kita bisa menggali beraneka kisah jaman lampau yang tidak cuma berfaedah bagi literasi tetapi termasuk memperkuat bukti ilmiah bahwa Indonesia adalah tidak benar satu peradaban tertua di dunia yang patut menjadi laboratorium alam yang amat lengkap dan aku rasa amat langka untuk ditemukan di Asia, bahkan dunia.”
Sangiran yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO pada 5 Desember 1996 menjadi wilayah ditemukannya lebih dari 50% temuan Homo erectus dunia, dan beraneka temuan fosil manusia purba lainnya seperti Meganthropus paleojavanicus.
”Pemerintah, lewat Kementerian Kebudayaan mengusahakan untuk memperkuat literasi sejarah, terutama tentang narasi berkenaan Indonesia sebagai tidak benar satu pusat peradaban tertua di dunia bagi penduduk lazim dan generasi muda yang pasti saja hal ini amat mutlak bukan cuma sebagai usaha tingkatkan pengetahuan, tetapi termasuk menanamkan rasa cinta dan bangga atas peradaban bangsa Indonesia yang besar.”, tutup Menteri Kebudayaan Fadli Zon.